Praktik Solah

0 comments


Sesudah mempunyai air wudhu’ dan siap untuk solat, maka kita segera dapat memulainya dengan urutan sebagai berikut.
Berdiri Tegak Lurus
Berdiri tegak lurus dengan menghadap ke arah kiblat, disertai dengan niat:
“Aku solat…(zuhur, misalnya), wajib kerana Allah”. “Usalli fardhu…(Zhuhrii), lillahii ta’ala”
Takbiratul Ihram
Takbiratul Ihram dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sampai menyentuh telinga diiringi dengan membaca:
Allahhu Akbar (Allah Maha Besar) (1x)
Ucapan “Allahhu Akbar” disebut Takbiratul Ihram (hukumnya wajib) kemudian pada saat peralihan gerak atau sikap, sangat dianjurkan mengucapkan takbir “Allahhu Akbar”. Yang perlu diperhatikan, apabila takbir dilakukan dalam keadaan berdiri, maka sebaiknya pengucapan takbir ini disertai dengan mengangkat kedua tangan seperti pada sikap takbiratul ihram. Dan apabila perpindahan gerak atau sikap terjadi dalam keadaan duduk, maka ucapan takbir tidak perlu disertai dengan mengangkat kedua tangan. Semua ucapan takbir dalam shalat hukumnya sunnat, kecuali takbir yang pertama yaitu takbiratul ihram.
Doa Iftitah
Selesai membaca takbiratul ihram, tangan langsung disedekapkan ke dada. Yang kanan menghimpit tangan kiri, pergelangan sejajar dengan pergelangan. Kemudian membaca doa iftitah (doa permulaan dan atau doa pembuka) yaitu:
Innii wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wamaa ana minal musyrikiin. Inna salaati wa nusukii wa mahyaayaa wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiin. Laa syariikalahu wa bizdaalika umirtu wa ana minal muslimin.
Aku hadapkan wajahku kepada Allah yang menjadikan langit dan bumi, dengan keadaan suci lagi berserah diri; dan aku bukanlah dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya semata-mata bagi Allah, Tuhan Semesta alam. Tidak ada sekutu baginya, demikian akau diperintahkan, dan aku adalah termasuk kedalam golongan orang-orang yang berserah diri.
Membaca do’a iftitah hukumnya sunnat. (Selain doa tersebut di atas, masih ada doa’a-do’a iftitah yang lain yang biasa juga dibaca oleh Rasulullah s.a.w.).
Ta’awwudz
Selesai membaca do’a iftitah, lalu membaca “ta’awwudz”. Bacaan t’awwudz hukumnya sunnat. Lafazhnya yaitu:
A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim
Aku berlinding kepada Allah dari kejahatan setan yang terkutuk.
Al Fatihah
Seudah ta’awwudz, lalu membaca surah Al Fatihah. membaca surah Al Fatihah pada setiap rakaat solat (wajib/sunnah) hukumnya wajib.
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahi rabbil’aalamin Arahmaanirrahiim Maaliki yawmiddiin Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin Ihdinash shiraathal mustaqiim Shirathal ladziina an’amta alaihim gahiril maghdhuubi’alaihin waladh dhaalliin Aaamiin
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang memelihara sekalian Alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Yang merajai hari pembalasan Hanya kepada-Mu kami meyembah dan hanya kepada-Mu saja kami mohon pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus Jalan mereka yang Engkau beri ni’mat, bukan jalan mereka yang engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Kabulkanlah permohonan kami,ya Allah!
Sesudah membaca Al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua pada solat wajib, kita disunnatkan membaca surah-surah atau ayat yang lain. Pada rakaat selanjutnya yaitu ketiga dan/atau keempat, kita hanya diwajibkan membaca Al Fatihah saja, sedangkan pembacaan surah atau ayat lainnya tidak diwajibkan. Surah-surah atau ayat-ayat Al Quran yang diinginkan dapat saja kita pilih diantara sekian banyak surah dari Al Quran. Sebaiknya usahakanlah tetap membaca surah atau beberapa ayat Al Quran sesudah al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua (pada solat wajib) misalnya:
Wal ashri innal insaana lafii khusrin illaladziina ‘aamanu wa’amilus shaalihaati watawaashaw bil haqqi watawaashaw bis shabri (QS)
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh serta mereka yang berwasiat pada jalan kebenaran dan mereka yang berwasiat pada ketabahan.”
Ruku
Di dalam ruku membaca :
1. Subhaana rabbiyal azhim (3x) (“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung”)
atau
2. Subhaanakallahumma rabbanaa wa bihamdika allaahummaghfirlii (“Maha suci Engkau ya Allah, ya Tuhan Kami, dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah aku”)
*Boleh dipilih salah satu di antara kedua do’a tersebut.
I’tidal
I’tidal atau bangun dari ruku seraya mengangkat kedua tangan membaca:
Sami’allaahu liman hamidah. Rabaanaa walakal hamdu. (Maha mendengar Allah akan pujian orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, untuk-Mu lah segala puji.”)
Bagi orang yang telah lancar bacaannya, maka pujian bangun dari ruku dapat diperpanjang dengan:
“Mil-ussamaawaati wa mil ul ardhi wa mil-umaa syi’ta min sya-in ba’du” (Untuk-Mu lah segala puji sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki.)
Sujud Pertama
Bacaan dalam sujud:
Subhaana rabbiyal a’la (3x) (Mahasuci Tuhanku Yang Maha Tinggi
Atau boleh juga membaca pujian seperti pujian No. 2 dalam ruku yaitu:
Subhaanakallaahumma rabbanaa wa bihamdika Allaahummaghfirlii (Mahasuci Engkau ya Allah, ya Tuhan kami, dengan memuji Engkau ya Allah, ampunilah aku)
Duduk Diantara Dua Sujud
Ketika duduk diantara dua sujud membaca:
Allaahummaghfirlii, warhamnii, wajburnii, wahdinii, warzuqnii (Ya Allah, ampunilah hamba, kasihanilah hamba, cukupilah hamba, tunjukilah hamba, dan berilah hamba rizki.)
Atau boleh juga membaca:
Rabbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii, wa’afinii, wa’fu’annii. (Wahai Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupilah aku, angkatlah derajatku, ber rizqilah aku, tunjukilah aku, sehatkanlah aku, dan maafkanlah segala kesalahanku.)
[ kembali ke atas ]
Sujud Kedua
Bacaan dalam sujud kedua, sama dengan bacaan dalam sujud pertama yaitu:
Subhaana rabbiyal a’la (3x)(Mahasuci Tuhanku yang Maha Tinggi)
Bacaan-bacaan dalam ruku, i’tidal, sujud, dan ketika duduk diantara dua sujud dalam solat, semuanya sunat (tidak wajib) yang amat dianjurkan.
Berdiri Pada Rakaat Kedua
Sikap berdiri pada rakaat kedua sama dengan sikap berdiri pada rakaat pertama, yaitu dengan bersedekap tangan ke dada, yang kanan di atas yang kiri.
Mulai dengan membaca ta’awwudz:
A’uudzu billaahi minasy syaithaanirrajiim (Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan syaithan yang terkutuk.)
Kemudian diteruskan dengan membaca surah Al-Fatihah.
Sesudah membaca Al-Fatihah, kembali pada rakaat kedua ini dianjurkan untuk membaca pula satu surah atau beberapa surah atau ayat-ayat suci Al Quran. Kemudian kembali melakukan ruku.
Ruku di Rakaat Kedua
Sikap dan bacaan ruku di rakaat kedua ini sama dengan sikap dan bacaan pada ruku di rakaat pertama.
Bangun dari Ruku
Sama dengan I’tidal pada rakaat pertama, bangkit serta mengangkat kedua tangan seraya membaca do’a i’tidal.
Sujud Pertama pada Rakaat Kedua
Bacaan di dalam sujud ini sama dengan bacaan pada sujud di rakaat pertama.
Duduk Diantara Dua Sujud
Bacaan doa ketika duduk diantara dua sujud pada rakaat kedua sama dengan bacaan pada rakaat pertama.
Sujud Kedua Pada Rakaat Kedua
Sikap dan bacaan pada sujud kedua pada rakaat kedua sama juga dengan sikap dan bacaan pada sujud-sujud sebelumnya.
Duduk Tahiyyat
Sikap duduk pada tahiyyat pertama (Tawarruk, keadaannya sama ketika duduk antara dua sujud menduduki kaki kiri, sedang kaki kanan tegak dengan jarijari kaki menghadap kiblat). Lain dengan sikap duduk pada tahiyyat kedua atau tahiyyat akhir (ifti-rasy, kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki menghadap ke arah kiblat).
Bacaan ketika tahiyyat ialah:
At tahiyyaatu lillaah, wash shalawaatu waththayibaatu
Semoga kehormatan untuk Allah, begitu pula segala do’a dan semua yang baik-baik.
Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Salam sejahtera untukmu wahai para Nabi, dan rahmat Allah serta barakah-Nya.
Assalaamu’alainaa wa’ala ibaadillahis shaalihiin
Salam sejahtera untuk kami dan untuk para hamba Allah yang saleh
Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh
Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya
Contoh di atas adalah praktik solat subuh 2 rakaat. Bila Anda solat Maghrib 3 rakaat, maka bacaan tahiyyat pertama rakaat kedua cukup samapai pada “Allaahumma shalli ‘alaa Muhammad” dan akhir rakaat ketiga bacaan tahiyyat dibaca dengan sempurna samapi “hamiidun majiid”. Setelah itu memberi salam.
Bila anda solat 4 rakaat, yaitu Zohur, Ashar, atau Isya, maka akhir rakaat kedua persis sama dengan akhir rakaat kedua solat Maghrib. Pada akhir rakaat ketiga, tak ada tahiyyat, dan pada akhir rakaat keempat barulah anda sempurnakan bacaan tahiyyat hingga “hamiidun majiid”, lalu memberi salam sebagai akhir dari shalat.
Allaahumma shalli ‘alaa Muhammadin wa’alaa aali Muhammadin, kamaa shallaita ‘alaa Ibraahim wa’alaa aali Ibrahim, wa baarik ‘alaa Muhammadin, kama baarakta ‘alaa Ibrahiima wa’alaa aali Ibraahima, fil ‘aalamiina innaka hamiidun majiid.
Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, dan berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau memberi berkat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia.
Memberi Salam
Menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah selesai tahiyyat, anda memberi salam dengan membaca:
Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh (Salam sejahtera untukmu, rahmat Allah dan berkat-Nya.)
Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
Perhatian:
Ketika membaca tasyahhud (asyhadu..) dalam tahiyyat, telunjuk kanan digerakkan ke atas bagai meyakinkan bahawa Allah itu hanya Esa.

Sumber : jalanakhirat.wordpress.com



Hakikat Solat

0 comments


Bermulanya usul ma’rifat ini ialah untuk mentakrifkan hal keadaan kita di dalam masa kita beramal. Sesudah kita faham di atas segala- gala rukun dan jalan-jalan di dalam hal keadaan agama Islam, barulah kita memulakan segala amalan.Seperti sabda Rasulullah SAW, ertinya :”Bermula sembahyang (solat) itu ada tiga bahagian :
1. Sembahyang orang-orang Mubtadi
Yakni semata-mata ia untuk menutupkan fitnah dunia. Dan sekadar mengetahui akan segala rukun-rukun dan waktu serta berpakaian bersih dan mengetahui wajib dan sunat semata-mata ia untuk mendapat pahala. Maka amalan ini syirik semata-mata.
2. Sembahyang orang Mutawasit
Menyempurnakan perintah Allah semata-mata hatinya berhadapkan Allah. Tiada ia mengira dosa dan pahala. Semata-mata ia berserah kepada Allah. Maka di atas amalan ini adalah lebih baik daripada yang pertama itu, tidaklah ia terkena syirik.
3. Sembahyang orang Mumtahi
Tiada ia sembahyang dengan sebenar-benarnya melainkan Allah, kerana ditilik pada dirinya adalah golongan dhoif, fakir, hina dan lemah.Semata-mata pandangan di dalam sembahyang itu tiada dengan kehendaknya melainkan Kehendak Allah.

La’ maujud bila’ hakikat ilallah: “Tiada maujud bagi hakikatku dengan sebenar-benarnya melainkan Allah”.
La’ haiyyun bila’ hakikat ilallah: “Tiada yang hidup bagi hakikatku dengan sebenar-benarnya melainkan Allah”.
La’ ‘alimun bila’ hakikat ilallah: “Tiada yang mengetahui bagi hakikatku dengan sebenar-benarnya melainkan Allah”.
La’ qadirun bila’ hakikat ialallah: “Tiada yang berkuasa bagi hakikat ku dengan sebenar-benarnya melainkan Allah”.
La’ iradatun bila’ hakikat ilallah: “Tiada yang berkehendak bagi hakikatku dengan sebenar-benarnya melainkan Allah”.
La’ sami’un bila’ hakikat ilallah: “Tiada yang mendengar bagi hakikatku dengan sebenar-benarnya melainkan Allah”.
La’ basirun bila’ hakikat ilallah: “Tiada yang melihat bagi hakikat ku dengan sebenar-benarnya melainkan Allah”.
Wa la’ mutakallimun bila’ hakikat ilallah:”Tiada yang berkata-kata bagi hakikatku dengan sebenar-benarnya melainkan Allah.

Maka inilah yang sebenar-benarnya sembahyang seperti sabda Abu Hurairah r.a.:
“Sembahyanglah kamu seperti Rasulullah SAW sembahyang katanya : Takbirlah kamu seperti Rasulullah SAW takbir. Qiyamlah kamu seperti Rasulullah SAW qiyam.Ruku’lah kamu seperti Rasulullah SAW ruku’. Sujudlah kamu seperti Rasulullah SAW sujud. Tahiyyatlah kamu seperti Rasulullah SAW tahiyyat. Salamlah kamu seperti Rasulullah SAW salam.

“Begitulah seterusnya di dalam amalan. Janganlah sekali-kali kita buat tanpa mempelajari, nanti sia-sia sahaja amalan kita itu. Bak kata pepatah “Kalau berdayung biarlah di air. Lambat laun kita akan sampai jua”.Maka sesudah kita ketahui akan segala rukunnya, maka wajiblah kita mengetahui akan segala bermula niat terlebih dahulu. Sebabnya niat itu bukannya mudah untuk kita memahaminya. Kerana yang dikatakan niat itu ialah tiada berhuruf, tiada berupa dan tiada bersuara.Mana yang dinamakan niat, jikalau ada huruf boleh dibaca. Jikalau ada suara boleh didengar. Jikalau ada rupa boleh dipandang. Jikalau dapat nyata ia di atas huruf, rupa dan ada suara, maka ini bukannya niat lagi.Seperti sabda Rasulullah SAW :
“ Qasdu syai-in muktarinan bi fiklihi ” Ertinya : “ Menyehaja sesuatu hal keadaan dipersertakan dengan perbuatan. ” Dan satu lagi Hadis mengatakan : ” An niatu bilqalbi bila’ sautin wala’ harfin ” Ertinya : “ Bahawasanya niat itu di dalam hati, tiada suara dan tiada berhuruf. ” Jikalau niat itu kita kata di dalam hati, umpamanya tatkala mengata “ Allahu Akbar ” : Aku sembahyang fardhu Zohor atau fardhu Asar umpamanya di dalam huruf yang lapan itu. Maka ini dinamakan dia niat ‘arfiah. Inilah niat bagi kedudukan orang-orang awam yakni di atas mereka baru menuntut ilmu. Adapun yang dikatakan niat itu terbahagi ia kepada tiga :
1 – Qasad : Menyatakan pada “usalli fardhu” menandakan ada waktu pada hamba yang taat.
2 – Ta’rad : Menyatakan pada “arba’a raka’at” menandakan ada rukun, yakni bersedia hamba untuk menunaikan.
3 – Ta’yin : menyatakan pada “Lillah Ta’ala” menandakan suruhan Allah yakni menghadapi kiblat hati.
Maka sesudah nyata Qasad, Ta’rad, Ta’yin bererti telah nyatalahkiblat dada kepada Baitullah.Kiblat hati kepada nyawazat memandang zat.Sifat memandang sifat.Baharulah kita mengatakan “Allahu Akbar”.Serta hadir mata hati musyahadah kepada Zat Allah Ta’ala semata-mata. Maka inilah dinamakan niat. Seperti yang dinyatakan di dalam Hadis Imam al-Gahazali r.a. katanya,”Adapun kedudukan usalli, fardhu, rakaat, lillah ta’ala, Allahu Akbar.” ialah seperti berikut;
1. Usalli – maksudnya amanah Tuhan terhadap hamba, maka tatkala hambaNya telah menerima syariatNya, maka wajiblah kembalikan kepadaNya dengan keadaan yang sempurna.
2. Rakaat – menyatakan hal kelakuanNya. Maka hilangkanlah kehendakmu di dalam halNya dan hapuskanlah fe’el mu di dalam kelakuanNya baharulah sah amalannya.
3. Lillahi ta’ala – Menyatakan sirNya (rahsia). Maka fana’lah sir iktikad cinta rasa dan berahi mu di dalam sir Allah. Baharulah nyata ada kiblat bagi kamu.
4. Allahu Akbar – menyatakan kaya Tuhan terhadap hamba. Kerana hamba sampai kepada seruan Allah Ta’ala kerananya Allah Ta’ala esa, Muhammad yatim, hamba dhoif. Tiap-tiap yang datang mesti akan kembali. Maka kembali sekalian hamba-hamba itu di dalam seruan Allahu Akbar. Maka bergemalah suara-suara hambamu yang taat itu mengatakan dan memuji akan nama Allahu Akbar dan terlintaslah suara mu’minnya terus tujuh petala langit dan terus tujuh petala bumi. Maka bersahut-sahut akan roh-roh Anbia’ dan Aulia’ serta Malaikat dengan katanya, “Sejahteralah umat-umat mu ya Muhammad!”.5. Fardhu – sah dan nyata. Bersifat di atasnya hamba. Maka tiap-tiap yang bersifat hamba mestilah ada yang empunya hak. Maka kembalilah sifat-sifat mu kepada yang berhak.

Cara-cara hendak kembalikan kepada yang berhak, itulah sebabnya diwajibkan kepada fardhu. Tiap-tiap perbuatan ataupun amalan adalah dengan fardhu. Tanpa dengan niat fardhu perbuatan itu sia-sia sahaja. Maka tidak berertilah kamu beramal. Kerana fardhu itu berpandukan kepada sifat Wahdaniah. Umpamanya kita mesti ketahui mana dia yang dikatakan fardhu sebelum fardhu dan mana yang dinamai fardhu di dalam fardhu dan di mana terletaknya fardhu di akhir fardhu. Oleh itu kita seharusnya mencari kesimpulan ini jika kita mahu sempurnakan amalan kita.Jalan sudah ada. Kepada saudara ku maka sayugialah mencari maksud pengajaran ini.Umpamanya kita mesti ketahui mana dia yang dikatakan fardhu sebelum fardhu dan mana yang dinamai fardhu di dalam fardhu dan di mana terletaknya fardhu di akhir fardhu. Oleh itu kita seharusnya mencari kesimpulan ini jika kita mahu sempurnakan amalan kita.
Penerangan lanjut kepada perkara yang berkaitan dengan Fardu.Seperti yang sudah diketahui, “Fardhu” membawa maksud kepada “sah dan nyata”.Dan fardhu itu berpandukan kepada sifat Wahdaniah. Seperti yang diketahui pula, sifat Wahdaniah itu ertinya Esa zat Allah Ta’ala, mustahil berbilang-bilang.Inilah yang wajib kita fahami mengapa sesuatu perbuatan yang wajib itu difardhukan.MAKSUD “Umpamanya kita mesti mengetahui mana dia yang dikatakan fardhu sebelum fardhu dan mana yang dikatakan fardhu di dalam fardhu dan di mana terletaknya fardhu diakhir fardhu?”Aku sebenarnya ingin mengajak saudara berdua kepada teori dan praktikal di dalam sesutau amal perbuatan itu mesti disahkan dan nyata ilmu tersebut oleh guru dan ada kebenarannya di sisi Allah Ta’ala.
Sebagai satu contoh. Umpamanya di dalam solat, rata-rata kita mengetahui hukum-hakamnya daripada berdiri betul sehingga diakhiri dengan memberi salam. Semua orang yang beragama Islam pasti tahu aturannya, hatta budak-budak sekolah tadika pun tahu bagaimana melakukan solat.Sebelum solat pula, adalah terlebih dahulu kita wajib berwudhu’. Bagaimana pula dengan kifiat berwudhu’??? Timbul lagi persoalan!TETAPI apa yang aku maksudkan, sudahkah kita dapat petua-petua yang sebenar di dalam fardhu-fardhu tersebut??? Bagimana yang dikatakan berdiri betul, bagaimana yang dikatakan niat, seterusnya sehingga memberi salam. Ini yang aku nak saudara-saudara ku fahami.Perbuatan solat tersebutlah yang wajib disahkan dan nyata! Aku sering menekankan persoalan berilmu dan beramal, yakni ilmu yang wajib disertakan dengan amal perbuatan. Kalau tidak amalan kita akan menjadi sia-sia.Bagi ku persoalan solat itu adalah begitu penting. Dengan sebab itu, mendirikan solat itu dikatakan sebagai tiang agama. Tapi bagi aku mendirikan solat itu sebagai “Tiang Arash”!Sebab apa aku berkata demikian, kerana seperti yang sudah aku perkatakan pada saudara Habib bahawa “di dalam solatlah kita boleh di-ISRA’ dan di-MI’RAJ-kan.
Kita boleh merasai pengalaman-pengalaman tersebut. Inilah yang dikatakan hakikat di dalam perbuatan solat.Pengalaman yang bagaimana??? Hanya diri saudara-saudara ku sendiri yang boleh menjawabnya. Bukan diri aku, aku hanya sekadar “MERIWAYATKAN” amanah Allah SWT!Sabda Rasulullah SAW :LA TASIHHU’L-SALATU ILLA BI’L-MA’RIFAHBermaksud : “Tiada sah solat melainkan dengan ma’rifat.”AL-MA’RIFATU SIRRIBermaksud : “Yang ma’rifat itu rahsiaku.”Sebagai “Talib” yakni orang yang menuntut ilmu itu, kita akan melalui dua kategori iaitu :
1. SALIK-salik. SALIK MAJZUB Dengan sebab itu aku mengatakan, “setiap individu itu mempunyai satu Tuhan”.Membawa maksud ” ma’rifat di antara kita (setiap individu) di dalam meng-ESA-kan Allah Ta’ala itu adalah berbeza.”Perkara ini aku berpegang kepada pertanyaan yang diajukan oleh Saidina Abu Bakar As-Siddiq kepada Rasulullah SAW semasa baginda turun daripada Mi’raj bertemu Allah Ta’ala.Tanya Saidina Abu Bakar kepada Rasulullah SAW, “Bagaimana engkau melihat dan kenal Allah Ta’ala, ya Muhammad???Jawab Rasulullah SAW, “‘Araftu rabbi bi rabbi!” yakni “Aku kenal Tuhan ku dengan Tuhan ku!”Sungguh simbolik, tetapi itulah jawapan yang paling mampu Rasulullah SAW gambarkan.Apabila lain daripada Allah tiada dilihatnya, maka fana’ hukumnya pada ibarat ini. Perkataan ini terlalu mushkil. Oleh itu saudara-saudaraku hendaklah benar-benar tahkik mengetahuinya.Saudara Suluk dan Habib sendiri aku pasti sedia maklum apa yang dikatakan atau bagaimana yang dikatakan “Kalam Allah” – “Tiada berhuruf dan tiada bersuara.” Dengan sebab itulah Rasulullah SAW ditajallikan sebagai seorang hamba yang “Tiada tahu menulis dan tiada tahu membaca!”Di dalam konsep penerimaan wahyu oleh Rasulullah SAW sendiri, baginda “gementar” untuk menerimanya apatah lagi bagaimana untuk menyampaikan kepada ummat yang lain agar ummat-ummat ketika itu faham, tahkik dan boleh menerima setiap rahsia dan perkhabaran dari wahyu yang “Tiada berhuruf dan tiada bersuara.”Itu ummat Islam generasi Rasulullah SAW! Berhadapan (berhadap terus) dengan Rasulullah SAW! Tiada hijab dengan Rasulullah SAW!Bagaimana pula dengan “Ummat Muhammad Akhir Zaman”??? Bertimpa-timpa hijabnya. Langsung tidak dapat “membayangi” kelibat Rasulullah SAW!!!Saudara-saudara Ku,Sedikit hendak menambah, sekadar mencari kesesuaian.Tetakala seseorang itu mengangkat takbir dengan lafas “Allahu Akbar” maka telah ada 3 ilmu padanya iaitu:
1. Usuluddin
2. Fekah
3. Tasauf

Adapun had ilmu yang tiga itu ialah:Usuludin – mengetahui yang wajib, mustahil dan harus Fekah – mengetahui segala rukun, syarat dan yang membatalkan
Tasauf – mengetahui segala yang membatalkan amalan pahala seperti riak, taksud dll.Manakah yang dinamakan Syariat, Tarikat, Hakikat & Makrifat di dalam sholat?.Syariat – adalah tubuh iaitu segala gerakan dan perbuatan yang dilakunkan.Tarikat – adalah hati iaitu mengingatkan kerja-kerjanya satu persatu.Hakikat – hanya kepada Allah sahaja.Makrifat – adalah Rahsia seiring dengan Hakikat
Martabat orang sembahyang itu ada tiga.
1. Martabat syariat
2. Martabat sembahyang orang tarikat
3. Sembahyang orang Hakikat

Rupa sembahyang orang syariat dan hukumnya. Adapun sembahyang orang syariat itu, ialah orang yang memandang daripadanya kepada Allah serta suci daripada riak dan seumpamanya. Semata-mata kerana harap dapat pahala dan takut akan azab. Diketahuinya akan segala syarat dan rukun serta yang membatalkan dia. Hukumnya orang ini syirik semata-mata. Bermula amal syariat tiada sekali-kali diterima amalnya walaupun sebesar bukit. Wallahualam.Rupa sembahyang orang tarikat dan hukumnya.Adapun sembahyang orang tarikat itu, iktikatnya hadir Allah Taala pada hadapannya. Melihat akan segala perbuatan dan mendengar akan segala bacaannya. Maka terdorong ia kepada kusyuk kerana Allah Taala hadir pada hadapannya. Suci daripada riak dan tiada harap akan pahala dan tiada takut akan siksa. Hanya memandang dirinya hamba. Mengerjakan yang disuruh dan meninggalkan yang ditegah. Orang ini hanya diterima amalnya daripada sekadar hadir hatinya kepada Allah Taala dalam sembahyang. Orang ini memandang daripada Allah kepadanya. Hukumnya syirik juga akan tetapi alas (kecil) syiriknya.
Rupa sembahyang orang hakikat dan hukumnya.Adapun sembahyang orang hakikat itu ialah orang yang tiada memandang bagi dirinya amal. Hanya memandang feel kelakuan Allah Taala yang berlakun pada dirinya yang ditakdirkan pada azali sebelum dijadikan dia. Yang dipandangnya ialah segala amalnya daripada Allah dengan Allah bagi Allah. Inilah orang yang lepas daripada syirik. Inilah yang sebenarnya sembahyang.Jadi sembahyang yang dikehendaki di sini ialah sembahyang yang meliputi tubuh dan nyawa atau jasad dan roh. Sekiranya seorang itu tiada nyawa, bukan manusia namanya dan sudah pasti tiada ia dapat beramal. Sedangkan, sebenarnya dia tiada dapat pandang yang beramal dan yang empunya amal. Kerana dengan adanya roh baru jasad dapat beramal. Sedangkan roh itu Sifatullah atau Sirrullah dan roh itu tiada akan dapat beramal sekiranya tiada serta dengan Zatullah. Maka barulah benar yang beramal itu Sifat bagi Dzat dan yang empunya amal itu adalah Dzat. Oleh kerana itulah sembahyang orang syariat dihukumkan syirik. Wallahualam.Setelah nyata kezahiran kalimah tersebut, barulah didatangkan nyawa. Maka bersuaralah Ia dengan nama kebesaran Zat tuhannya – “Allahu Akbar”. Tetakala ini karamlah aku didalam kebesarannya. Kemudian diikuti dengan tujuh kesempurnaan Takbir iaitu;La Hayun,La Alimun,La Samiun,La Kadirun,La Basirun,LaMuridun,La Mutakalimun bilhaqi Ilallah.Maka bersuaralah Ia dengan nama kebesaran Zat tuhannya – “Allahu Akbar”. Mengeletarlah diri ini, karam didalam kebesarannya. Sungguh cantik dan indah bagi mereka yang mengetahui rahsia dan perbuatan sholat itu. Segala-galanya tersirat disebalik firman Allah yang bermaksud:”Jika Engkau mengasihi Allah, Ikutilah Aku. Nescaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosa mu”.
Sumber : jalanakhirat.wordpress.com 

Kisah Wali Allah Dan Bayi Yang Boleh Berbicara

0 comments


Juraij Al-Abid adalah salah seorang ahli ibadah yang shalih di kalangan Bani Israil. Awal mulanya dia adalah seorang pedagang, kemudian dia meninggalkan perdagangannya dan cenderung kepada ibadah. Dia membangunkan sebuah tempat ibadah untuk beribadah kepada Allah di dalamnya. Dia ber-uzlah dari manusia, dan inilah rahbaniyah di mana Allah dan Rasulullah melarang kita untuk menjadikannya sebagai cara hidup.

Juraij mempunyai seorang ibu yang shalihah. Pada suatu hari si ibu datang untuk mengunjungi anaknya dan ingin berbincang dengannya. Si ibunya datang dan memanggilnya. Pada ketika itu dia sedang shalat, maka dia lebih mengutamakan shalatnya daripada menjawab panggilan ibunya. Rasulullah S.A.W. menunjukkan contoh perbuatan si ibu ketika memanggil Juraij. Rasulullah meletakkan telapak tangannya di atas alis matanya, menirukan perbuatan ibu Juraij yang mendongakkan kepalanya ketika memanggil putranya. Perbuatan ibu Juraij itu biasanya dilakukan ketika orang yang dipanggil berada di tempat yang tinggi. Mereka ingin supaya dpaat melihat orang yang dipanggil dengan mendongak kepala mereka. Mungkin sinar matahari yang menyilaukan menimpa kedua matanya ketika dia mengangkat pandangannya kepada anaknya itu menyebabkan dia meletakkan telapak tangannya di alis matanya. Sepatutnya Juraij meninggalkan shalatnya dan menjawab panggilan ibunya, kerana menjawab panggilan ibu lebih baik daripada shalat sunnah. Dia boleh sahaja meringankan shalatnya dan bersegera menemui ibunya. Akan tetapi, Juraij lebih mementingkan shalat daripada ibunya, dan dia meneruskan kenikmatan di dalam shalatnya hingga tidak meninggalkan shalat karena satu dan lain hal.

Esok harinya ibu mengulangi panggilannya, begitu pula di hari ketiga. Nasibnya di kali kedua dan ketiga tidaklah lebih baik daripada nasibnya di kali pertama. Karena itu ibu Juraij marah, lalu dia berdoa atasnya dan Allah mengabulkan doanya. Ibu Juraij berdoa agar Allah tidak mematikannya hingga menjadikannya melihat wajah pelacur. Rasulullah telah menyampaikan kepada kita, seandainya ibu Juraij berdoa atasnya agar tertimpa fitnah niscaya dia akan terfitnah. Jika Allah menghendaki sesuatu, maka ia terjadi dan memudahkan sebab-sebabnya.

Allah telah menyiapkan sebab-sebabnya dengan mengutus seorang pelacur untuk merayu dan menggodanya. Penyebabnya adalah bahawa Bani Israil cemburu dengan kebaikan dan ibadah Juraij. Maka wanita ini begitu meremehkan Juraij, keshalihan dan ketaqwaannya. Dia yakin  bahawa jika dia yang merayunya, maka Juraij akan bertekuk lutut dan jatuh seperti yang lain. Wanita ini begitu percaya diri dengan alasan kecantikannya dan berdasarkan hadis disebutkan bahawa mereka telah memilih wanita ini kerana kecantikan dan kemolekannya. Orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur kenistaan mengira bahawa semua manusia adalah seperti yang mereka kenal. Mereka tidak menyangka bahawa di antara manusia terdapat hamba Allah yang menjauhi kenikmatan dunia yang hanya sementara dan tidak abadi, juga bahawa terdapat di kalangan mereka orang-orang yang beriman dan bertaqwa yang terpelihara sehingga tidak terjerumus ke dalam kenistaan dan perbuatan keji.

Di antara mereka adalah Nabiyullah Yusuf As. yang menjadi tauladan dan Al-Qur'an telah menyampaikan kisahnya. Lalu si Juraij yang digoda oleh wanita pelacur itu langsung tidak dipedulikannya, tidak tergoda dan terus khusyuk dalam ibadah dan shalatnya, seolah-olah dia tidak melihat dan menyaksikannya.

Si pelacur itu amat kecewa dengan tindakan Juraij yang tidak tergoda dengan pujuk rayunya. Sekarang, dia pulang dengan tangan kosong. Keinginannya gagal dan impiannya kandas. Dengan itu, si pelacur telah mengambil keputusan untuk tetap menfitnah Juraij. Ini karena dia telah berjanji kepada orang-orang yang memperkatakan kebaikan Juraij agar ia memfitnahnya dan menjerumuskannya ke dalam pelukannya.

Oleh sebab itu, dia membuat rancangan besar terhadap Juraij. Wanita ini telah pergi kepada seorang penggembala yang menginap berhampiran tempat ibadat Juraij. Dia menginap bersamanya dan berbuat onar dengannya. Hasilnya, dia hamil. Dan apabila bayi itu dilahirkan, dia mengatakan bahawa bayi itu adalah hasil perbuatan Juraij ahli ibadah.

Juraijlah pelaku perbuatan buruk ini. Ini bererti Juraij beribadah secara dusta, kebaikannya hanyalah sekadar pemanis yang palsu. Betapa sedih dan marahnya orang-orang kampung kerana mereka percaya kepadanya diatas kebaikan, ketaqwaan dan keteguhan beragama, kemudian ternyata sebaliknya. Orang-orang yang mereka percayai hanya serigala berbulu domba atau musang berbulu ayam untuk menipu orang-orang bodoh. Maka, mereka pun menentangnya, sebagaimana orang-orang yang memperlakukan rahib yang diceritakan oleh Salman ketika dia mengambil dan menimbun harta sedekah mereka. Mereka menyalibnya setelah dia mati dan menolak menguburkannya.

Penduduk kampung mendatangi Juraij dengan kemarahan yang memuncak di hati. Mereka meminta Juraij turun dan meninggalkan ibadah dustanya. Tetapi Juraij tidak menghiraukan panggilan mereka kerana dia terus larut dalam ibadah dan shalatnya. Pada saat itu dengan segala kelengkapan yang ada mereka merobohkan tempat ibadat Juraij. Melihat keadaan itu Juraij pun keluar untuk menemui mereka. Akibatnya, mereka telah memaki dan memukulnya.

Ketika Juraij bertanya tentang alasan kemarahannya, mereka menceritakan tentang perbuatan Juraij. Mereka meminta agar Juraij bertanya kepada wanita yang telah mengakui apa yang dia akui itu. Juraij tersenyum mendengar ucapan mereka. Dia benar dalam ibadahnya, jujur dalam istiqomahnya. Dia yakin tidak melakukan seperti tuduhan mereka. Tuduhan wanita hina itu hanyalah dusta yang terbuka. Juraij meminta kepada orang-orang yang marah agar memberinya peluang untuk berwudhu dan shalat sebentar. Selesai shalat dia mendatangi bayi yang baru dilahirkan beberapa jam atau beberapa hari. Juraij menusuk perutnya sambil bertanya, sementara orang-orang terdiam, "Siapa bapamu?"

Sebuah ayat Allah yang menunjukkan kepada-Nya dan kepada besarnya kodrat-Nya, bayi itu berbicara dengan suara yang terdengar, ucapan yang jelas dan dipahami. Bayi itu menjawab, "Bapaku adalah fulan penggembala kambing." Orang-orang menyadari besarnya kejahatan mereka terhadap seorang hamba shalih. Mereka mengetahui bahwa Juraij tidak termasuk dalam tuduhan itu. Juraij bukanlah seorang penipu, dia benar dalam ibadah dan keshalihannya, dan bahwa wanita inilah yang telah berdusta dengan menuduh Juraij. Mereka menyedari bahawa mereka telah terburu-buru mempercayai tuduhan itu, sebagaimana mereka telah memukul Juraij dan merobohkan tempat ibadatnya. Orang-orang itu rasa bersalah pada Juraij. Mereka menawarkan kepadanya untuk membangunkan tempat ibadahnya dari emas atau perak, tetapi Juraij menolaknya. Dia meminta supaya tempat ibadahnya dikembalikan dengan tanah seperti sedia kala. Mereka melakukan seperti yang diminta Juraij. Setelah selesai Juraij masuk kembali untuk beribadah kepada Tuhannya.

Allah telah memakbulkan doa ibu Juraij pada Juraij. Akan tetapi Allah menyelamatkannya dengan keshalihan dan ketaqwaannya. Terdapat dua pelajaran yang berharga pada dikabulkannya doa ibu Juraij dan selamatnya Juraij.

(Kisah diatas diambil dari hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah. Hadis di dalam Shahih Bukhari dalam Kitab Ahadisil Anbiya’, bab firman Allah,
"Dan sebutlah Maryam dalam Al-Kitab." (QS. Maryam: 16), 6/476, no. 3436. Dan Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitabul Bir Was Shilah, bab mendahulukan Birrul Walidain di atas shalat sunnah, 4/1976, no. 2550.)

Jangan Melengahkan Solat

0 comments



Solat adalah ibadah yang difardukan Allah SWT kepada setiap Muslim dalam waktu tertentu. Ini bermaksud solat tidak sah dan tidak diterima jika dilakukan di luar waktunya. Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah an-Nisa’ 103:

“Sesungguhnya solat itu adalah satu ketetapan yang wajib atas orang-orang yang beriman yang tertentu waktunya”.

Jelas daripada ayat di atas kewajipan solat adalah dalam waktu tertentu. Jika diteliti lebih dalam lagi semua solat sama ada solat fardu atau solat sunat mempunyai waktu tertentu. Tidak ada persoalan solat pada awal waktu dan memang digalakkan untuk solat pada awal waktu tetapi persoalannya bagaimana solat pada akhir waktu. Apakah diterima dan diberi pahala?

Setiap waktu solat mempunyai waktu mula dan waktu tamat. Telah sabit kenyataan dalam beberapa hadis yang sahih bahawa Jibril telah datang bertemu Nabi s.a.w selepas solat lima waktu difardukan untuk memberitahu waktu-waktunya serta menetapkan waktu bermula dan waktu akhir setiap solat. Waktu solat itu telah diterangkan oleh Nabi s.a.w kepada umat Islam melalui perkataan dan perbuatan Nabi s.a.w.

Sabda Nabi s.a.w : Yang bermaksud, daripada Abu Musa al-Asy’ariy RA, daripada Nabi s.a.w, Baginda telah ditemui oleh seorang yang bertanya tentang waktu-waktu solat. Tetapi Baginda tidak menjawabnya. Manakala dalam riwayat yang lain pula Baginda bersabda, “Bersolatlah bersama-sama kami”.

Lalu baginda menunaikan solat Subuh ketika fajar terbit sedangkan penglihatan orang ramai masih belum dapat mengenali antara satu sama lain. Kemudian Baginda menyuruhnya lagi bersolat Zuhur ketika matahari gelincir. Ada yang berkata, ketika itu waktu tengah hari sedangkan Baginda lebih mengetahuinya daripada mereka.

Seterusnya Baginda menyuruh mereka bersama-sama Baginda menunaikan solat Asar ketika matahari masih tinggi. Kemudian disuruhnya lagi, lalu Baginda menunaikan solat Maghrib yang pada ketika itu matahari telah terbenam. Kemudian Baginda menyuruhnya lagi, maka ditunaikan pula solat Isyak ketika syafak hilang daripada penglihatan.

Pada keesokan harinya, Baginda telah melewatkan solat Subuh sehingga ada yang mengatakan selepas solat tersebut, matahari telah terbit atau hampir terbit. Kemudian Baginda melewatkan solat Zuhur hingga hampir ke waktu Asar sebagaimana semalam. Kemudian Baginda melewatkan solat Asar sehingga ada yang mengatakan selepas solat tersebut, warna matahari kemerah-merahan.

Seterusnya Baginda melewatkan pula solat Maghrib, hingga syafak hampir tidak kelihatan lagi. Kemudian Baginda melewatkan solat Isyak sehingga lewat tengah malam. Apabila menjelang pagi, Baginda memanggil orang tersebut lalu bersabda, “Waktu solat ialah di antara dua masa ini”.

Terdapat juga beberapa hadis yang menerangkan sebahagian perkara yang umum atau yang menambah penerangannya sebagaimana yang dapat dilihat dalam perincian waktu-waktu setiap solat seperti yang berikut:

Apabila Nabi s.a.w berkata “Waktu solat ialah di antara dua masa ini” ia menunjukkan bahawa solat di antara dua waktu itu diterima oleh Allah SWT dan diberikan pahala. Cuma solat pada awal waktu amat digalakkan daripada solat pada akhir waktu.

Jangan sengaja lengahkan solat

Tidak patut seseorang Muslim sengaja melengah-lengahkannya hingga ke akhir waktu dengan alasan tempohnya panjang. Ini kerana perbuatan tersebut mungkin menyebabkan waktunya terluput malah sikap cuai ini mungkin menyebabkan solat terus tertinggal. Sebenarnya semua solat, sunat disegerakan pada awal waktunya. Ketika ditanya tentang amalan yang afdal Nabi s.a.w bersabda:

Yang bermaksud : “Menunaikan solat pada awal waktunya.”

Seseorang yang melakukan sebahagian solatnya dalam waktu dan sebahagian yang lainnya di luar waktu jika dapat menyempurnakan satu rakaat dalam waktunya maka keseluruhan solat tersebut dikira qada’.

Hal ini berdasarkan hadis : Yang bermaksud : “daripada Abu Hurairah r.a Rasulullah s.a.w bersabda, “Sesiapa yang dapat melakukan satu rakaat solat Subuh sebelum matahari terbit maka dia telah dapat menunaikan solat Subuh itu dan sesiapa yang dapat melakukan satu rakaat solat Asar sebelum matahari terbenam maka dia telah dapat menunaikan solat Asar itu. Dan sabdanya lagi, sesiapa yang dapat melakukan satu rakaat solat dalam waktunya maka dia telah dapat menunaikan solat itu.”


Ancaman Orang Yang Melengahkan Solat

Allah SWT berfirman dalam Surah Maryam Ayat 59, yang bermaksud :
"Kemudian mereka digantikan oleh keturunan-keturunan yang mencuaikan sembahyang serta menurut hawa nafsu dengan melakukan maksiat maka mereka akan menghadapi azab dalam neraka."
(Surah Maryam : Ayat 59)

Abdullah bin Abbas R.A berkata, maksud mensia-siakan solat bukanlah meninggalkan solat sama sekali, tetapi melewatkan dari waktunya. Umpamanya mereka melaksanakan Solat Zuhur dalam waktu Asar, Solat Asar di dalam waktu Maghrib, Solat Isyak ditanguhkan sehingga masuk waktu Subuh serta Solat Subuh dilaksanakan selepas matahari terbit. Sesiapa yang mati dalam keadaan ini tanpa bertaubat dia akan dihumbankan ke dalam sebuah lembah yang bernama ‘Al-Ghai’a di dalam neraka dan diberikan makanan yang amat jijik.

Dalam hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda :
"Sesiapa yang mengumpulkan dua sembahyang tanpa ada halangan (Uzur Menurut Syarak), maka sesungguhnya dia telah memasuki pintu besar dari pintu dosa-dosa besar".
(Riwayat Al-Hakim)

Nah, lihatlah ancaman-ancaman yang telah diberi oleh Allah SWT dan RasulNYA SAW tentang azab dan siksaan yang menanti mereka yang suka melengah-lengahkan dan melewat-lewatkan solat dengan sengaja.

Ingin ditegaskan di sini bahawa, jika sudah masuk waktu solat, dan kita masih lagi tidak menunaikan solat dan melengah-lengahkannya walaupun sekejap tanpa ada sebab yang dibenarkan, ianya juga dikira termasuk di dalam golongan mereka yang melewat-lewatkan solat.

Oleh itu, sedarlah wahai saudara-saudaraku sekalian. Terutamanya pada mereka-mereka yang mengaku dirinya sebagai pejuang-pejuang dan pembela-pembela Islam, hendaklah kita menjaga solat kita dengan sebaik-baiknya. Hendaklah solat di awal waktu dan janganlah melengah-lengahkannya dengan sengaja kerana solat di awal waktu itu lebih afdal dan sangat-sangat dituntut dan mendapat keredhaan daripa Allah SWT.

Firman Allah SWT di dalam Surah Al-Mukminun yang bermaksud :

“Dan mereka yang menjaga amanah dan janjinya, dan orang yang memelihara solatnya, mereka itulah orang yang berhak mewarisi Syurga Firdaus, mereka kekal di dalamnya.”
(Surah al-Mukminun, ayat 8-11)

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:

“Pada suatu hari Rasulullah SAW ditanya oleh seorang sahabat: Amalan apakah yang lebih utama? Baginda SAW menjawab: Solat tepat pada waktunya.”
(Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)


Sabda Rasulullah SAW lagi yang bermaksud:
“Barang siapa bersolat tepat pada waktunya dan melengkapkan rukuknya, sujudnya dan khusyuk, maka solat itupun naik ke atas dalam keadaan putih dan cemerlang. Solat itu berkata: “Semoga Allah SWT menjaga dirimu sebagaimana engkau menjaga aku (menyempurnakan rukun solat itu). Tetapi barang siapa yang bersolat tidak dalam waktunya yang ditentukan dan tidak pula menyempurnakan wuduknya serta tidak pula melengkapkan rukuk, sujudnya dan tanpa khusyuk sama sekali, maka solat itupun naiklah ke atas dalam keadaan hitam kelam sambil berkata: “Semoga Allah SWT mensia-siakan dirimu sebagaimana engkau mensia-siakan aku. Selanjutnya setelah solat itu berada di suatu tempat seperti dikehendaki Allah SWT, iapun lalu dilipatkan sebagaimana dilipatnya baju yang koyak rabak kemudian dipukulkanlah kepada mukanya.”
(Hadis riwayat Thabrani dan Baihaqi)

Lihatlah antara kelebihan-kelebihan dan ganjaran-ganjaran yang menanti mereka yang menjaga dan memelihara solatnya di awal waktu. Maka, terpulanglah pada diri kita sendiri. Jika kebahagiaan dan keredhaan Allah yang kita cari, maka jagalah solat kita sebaik-baiknya dengan bersolat di awal waktu. Jika tidak, bersiap sedialah untuk menghadapi pembalasan azab dan siksaan daripada Allah SWT di akhirat nanti.

Sumber : http://ulumnabawiahmakh.blogspot.com/

Hukum Meninggalkan Solat

0 comments


Orang yang meninggalkan solat fardhu adalah amat buruk dan sangat keji sekali, malahan ianya terlebih keji daripada iblis.

Ini kerana si iblis hanya enggan sujud kepada nabi Adam a.s. yang merupakan makhluk, tetapi orang yang meninggalkan solat adalah seorang yang enggan bersujud kepada Allah s.w.t yang merupakan Khaliq (pencipta).
Justeru itu, dosa meninggalkan solat itu amat besar sekali. Di Akhirat nanti seseorang yang meninggalkan solat itu akan dimasukkan ke dalam neraka.
Allah s.w.t telah menceritakan di dalam al-Quran, bahawa ahli syurga (Ashabul Yamiin) telah bertanya kepada penghuni neraka, yang bermaksud:
Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka? Mereka menjawab, kami dahulu bukan daripada golongan orang-orang yang bersolat.
Daripada Abdullah bin Umar r.a. daripada Nabi s.a.w. bahawa pada suatu hari baginda menyebut tentang solat lalu baginda bersabda, yang bermaksud:
Sesiapa yang memelihara solat, nescaya solatnya menjadi nur untuknya, ketandaan (iman) dan kelepasan (dari neraka) pada hari kiamat.
Sebaliknya sesiapa yang tidak memeliharanya nescaya tiada nur baginya, ketandaan dan kelepasan.
Malahan dia adalah (dikumpulkan dalam neraka yang paling panas sekali) bersama Qarun, Fir’aun, Haman dan Ubai bin Khalaf.
(Hadis riwayat Ahmad, at-Tabrani dan Ibnu Hibban).
Daripada Jabir r.a. meriwayatkan beliau telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, yang bermaksud:
Sesungguhnya meninggalkan solat ialah (perkara yang menghubungkan) seseorang dengan kufur.
(Hadis riwayat Ahmad dan lain-lainnya).
Ijma’ para ulama mengatakan bahawa hukum orang yang meninggalkan solat kerana ingkar terhadap kewajipannya, adalah jatuh kafir.
Namun, sekiranya seseorang itu meninggalkan solat atas sebab malas, tetapi dia tahu dia wajib solat, maka terdapat tiga pendapat ulama tentang hukumnya, iaitu:
1.     Orang itu tidak menjadi kafir, tetapi dia menjadi fasik. Maka wajib atas pihak yang berkuasa bertindak menyuruhnya bertaubat kembali mengerjakan solat. Sekiranya dia enggan bertaubat maka dijalankan ke atasnya hukuman hudud, iaitu dibunuh dengan pedang.
Ini pendapat Imam Malik, Syafi’e dan jumhur ulama salaf dan khalaf.
2.     Orang itu menjadi kafir. Hukumnya sama seperti orang yang ingkar terhadap kewajipannya tadi.
Ini adalah pendapat satu jemaah daripada para salaf yang diambil riwayatnya daripada Saidina Ali bin Abu Talib dan salah satu pandangan Imam Ahmad bin Hambal serta pendapat Abdullah bin al-Mubarak dan Ishak bin Rahawaih.
3.     Orang itu tidak menjadi kafir dan tidak pula dibunuh, sebaliknya ditakzirkan dengan dipenjarakan sehingga dia mengerjakan solat.
Ini pula adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan satu jemaah daripada para fuqahak Kufah dan juga pendapat al-Muzani seorang pendokong dan pengikut Imam asy-Syafi’e.

Lihat betapa besarnya solat, dan betapa besar hukum bagi seseorang meninggalkan solat.
Orang yang mahu agamanya selamat dan dirinya bahagia di dunia dan akhirat, sudah tentu dia wajib menghindarkan dirinya dari terletak di antara hukum menjadi murtad dan berdosa besar.
Wallahu a’lam.
Sumber : http://soleh.net/